Menurut Kepala BIN, kondisi Indonesia sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian global, situasi politik dan keamanan di Timur Tengah, maupun kawasan Asia Pasifik. Terus melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia saat ini, lanjut Marciano, mempengaruhi permintaan produk ekspor dan investasi yang berdampak pada laju pertumbuhan ekonomi nasional. Asumsi terhadap pertumbuhan ekonomi dalam APBNP 2012 sebesar 6,5 persen, menurut Kepala BIN, dikhawatirkan tidak tercapai. "Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 6,5 persen," kata Kepala BIN.
Pada bagian lain, Kepala BIN menjelaskan, konflik di Sudan disamping telah telah menimbulkan tragedi kemanusiaan yang memilukan, juga dikhawatirkan akan menyeret keterlibatan kekuatan militer yang lebih besar. Kondisi ini jika dibiarkan, lanjut Marciano, akan berdampak pada harga minyak dunia dan dapat menambah tekanan terhadap konsumsi BBM bersubsidi yang saat ini telah melewati kuota nasional.
Sementara, menurut Kepala BIN, kawasan Asia Timur dan Pasifik menghadapi permasalahan yang tidak kalah pentingnya. Perselisihan RRC dan Jepang terkait kepemilikan Kepulauan Senkaku dan Diaoyu di Laut Cina Timur cenderung memanas. Belum lagi, jelas Marciano, ada. Permasalahan di Pulau Spradley di Laut Cina Selatan yang juga perlu mendapat perhatian.
Kepala BIN menegaskan, perlunya mewaspadai potensi ancaman krusial dalam negeri, seperti ancaman terorisme, gerakan separatisme di Papua dan konflik sosial di beberapa daerah. Marciano juga mengingatkan, ketika konflik sosial bernuansa keagamaan cenderung mereda, bentrokan fisik antara kelompok masyarakat, termasuk di kalangan pelajar dan mahasiswa justru meningkat. "Potensi ancaman yang ada perlu terus mendapat prioritas penanganan," kata mantan Komandan Paspampres itu.